Hikmah dari Tabdzir



TABDZIR



“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang ada dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghamburkan (hartamu) dengan boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudaranya setan dan sesungguhnya setan itu sangat ingkar kepada tuhannya.”
(QS Al Isra : 26-27)
            Sadar ataupun tidak, setiap kali melakukan suatu perbuatan terkadang manusia tidak memperhatikan bagaimana menggunakan sesuatu itu sebagaimana mestinya. Banyak waktu terbuang sia-sia dan barang yang tercerai-berai manfaatnya disebabkan karena kelalaian manusia akan hal ini. Begitu pula dengan waktu yang terus bergulir tanpa henti, seolah menambah anggapan manusia akan hal ini, dengan alasan “nanti..” atau “besok” atau hanya sekedar menjawab “saya belum banyak lagi alasan yang mereka utarakan.
            Sebuah perilaku yang memang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya karena tidak ada manfaat yang akan didapatkan, hanya madharat di dunia maupun akhirat. Mungkin beberapa masih belum jelas mengenai batasan-batasan yang menjurus pada perbuatan ini atau mungkin sudah mengetahuinya namun malah melanggarnya dengan argumen-argumen yang menurut mereka masuk akal, sehingga tidak termasuk dalam hal ini.
            Sekilas memang terlihat sama mengenai tabdzir dan israf. Namun, mayoritas ulama telah menyepakati bahwa israf dan tabdzir itu berbeda. Apa bedanya ? Bedanya adalah kalau israf merupakan berlebih-lebihan dalam hal yang halal oleh Allah. Sedangkan tabdzir merupakan suatu perbuatan berlebih-lebihan dalam hal yang diharamkan oleh Allah. Namun keduanya sama-sama dilarang oleh Allah, karena semua perbuatan itu tidak boleh dilakukan berlebih-lebihan, meskipun dalam hal ibadah.
            “ Sebaik-baik amalan adalah pertengahannya.”
            Maknanya, jika melakukan suatu perbuatan itu tidak kurang atupun lebih. Ambil bagian tengah-tengahnya (sedang-sedang saja). Karena itu, bersedekahlah dengan semampunya, jangan berlebihan. Jika tidak mampu, tidak usah memaksakan diri. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang menimpa hamba-hamba-Nya. Begitupula apabila melakukan perbuatan yang lain. Sebisa mungkin, harus menjauhi perbuatan ini.
            Dengan begitu, hidup akan terasa lebih indah. Sebab semuanya dilakukan sesuai dengan waktu, manfaat, dan kadar yang sesuai dengan apa yang telah ditentukan. Tidak akan ada lagi keluhan-keluhan yang tak bermanfaat. Tidak akan ada lagi rasa kurang atupun kufur akan nikmat-Nya. Allahummaghfir dzunubana... amin...

Komentar

Postingan Populer